Tidak sedikit memang yang harus
dihadapi remaja. Terkadang, patah hati membuatnya seperti disambar petir di
siang hari. Remaja lain mengira dunia kiamat ketika mereka ditolak dari
kelompok sebayanya. Sementara itu, remaja tetanggamu mengira hidupnya benar –
benar hancur ketika ia gagal dalam pelajaran olahraga. Saya sendiri pernah
merasa begitu tertekan dan memilih tidur seharian setelah sehari sebelumnya
mengangkat tangan dengan penuh percaya diri untuk menjadi relawan menjawab soal
– soal bahasa Inggris di depan kelas, tetapi ternyata saya salah menuliskan
kata thirteen di papan tulis.
Kadang – kadang, hal – hal yang
kelihatannya sepele bagi orang dewasa memang bisa jadi merupakan sesuatu yang
penting bagi remaja. Salah satu tugas perkembangan pada masa – masa remaja
adalah menemukan identitas dirinya sendiri. Remaja yang berhasil menemukan
identitas dirinya dengan jelas biasanya akan memiliki konsep diri yang jauh
lebih positif dibandingkan mereka yang mengalami kebingungan akan identitasnya.
Mereka menjadi lebih percaya diri, mudah bergaul, memiliki banyak teman,
lebih santai, dan tidak tertekan saat menjalani keseharian mereka. Oleh karena
itu, hal – hal sekecil apapun yang berkaitan dengan pembentukan konsep diri
biasanya menjadi sangat penting. Peristiwa yang membuat malu, ejekan, olok –
olok, atau penolakan bisa membuat mereka serasa hancur bak tertimpa meteor.
Masa remaja adalah masa ketika
egonya masih belum berkembang dengan sempurna dan justru di masa – masa itu ia
harus berhadapan dengan begitu banyak hal baru yang kadang tampak menyenangkan
baginya, tetapi juga terkadang menakutkan. Masa – masa itu adalah masa yang
rentan dan begitu penting untuk perkembangan kepribadiannya di saat dewasa
nanti. Hal itu dikarenakan perkembangan individu menganut prinsip life span
development, yang berarti jika ada satu kendala pada satu fase kehidupan,
baik itu fase kanak – kanak, remaja, atau dewasa, maka itu akan memengaruhi
perkembangan seseorang di fase berikutnya.
Masa remaja seperti masa ketika kupu
– kupu – yang tadinya adalah seekor ulat – mencoba untuk pertama kalinya
menyobek kepompong yang membungkus dirinya. Itu adalah waktu yang sangat
penting di mana kupu – kupu melatih otot – otot sayapnya dengan menyobek
selaput kepompongnya sendiri sehingga beberapa detik kemudian ia dapat terbang
dengan sepasang sayap yang kuat. Masa itu adalah masa transisi, dari ulat
menjadi kupu – kupu – dari anak – anak menuju kedewasaan.
Perubahan – perubahan hormon yang
terjadi di dalam tubuh pada masa remaja membuatnya terkadang merasa aneh
terhadap dirinya sendiri. Suatu ketika ia menjadi begitu sesitif dan iritable
sehingga semua orang dan hal – hal kecil membuatnya meledak tak terkendali.
Pada lain waktu, tanpa alasan yang jelas ia menjadi blue feeling, murung
seharian dan tidak ingin bicara dengan siapapun juga.
Dengan begitu banyaknya tekanan yang
ia alami, bukan suatu hal yang aneh jika tidak sedikit dari remaja terjebak
dalam kebingunan yang luar biasa, merasa gagal, tidak berdaya dan tersedot
kedalam arus kesedihan berlebihan yang akhirnya berkembang menjadi depresi.
Padahal, semua keanehan yang sedang
para remaja alami adalah suatu hal yang sepenuhnya WAJAR.
Para remaja
hanya perlu mengetahu apa yang sebenarnya sedang terjadi sehingga mereka tidak
terjebak dalam rasa takut, frustasi, bingung dan akhirnya justru melangkahkan
kaki mereka ke arah yang salah. Memperbanyak membaca buku yang bermanfaat,
berbicara dengan orang yang lebih dewasa yang mengerti, psikolog, dokter, bahkan
orangtua mereka sendiri (jika para orang tua mereka sedang tidak menjadi sumber
konflik mereka), akan sangat membantu para remaja kita ini.
Masalah – masalah psikologis sangat
sering terjadi di masa – masa remaja. Menemui seorang psikolog atau psikiater
untuk berkonsultasi bukan suatu hal yang menakutkan. Bukan berarti mereka gila
atau menderita gangguan kejiwaan, tetapi itu berarti mereka mengambil langkah
bijak untuk mendapatkan informasi dari sumber yang kompeten dalam bidangnya.
Saya ingin mengajak
para remaja menemukan kebahagiaan masa remaja mereka dengan cara yang lebih
positif, dengan menjadi sosok remaja yang peduli terhadap orang lain,
bermanfaat, percaya diri, suka membantu, dan bertanggung jawab.
Depresi menjadi salah satu perhatian
organisasi kesehatan dunia (WHO) karena merupakan penyakit mental masyarakat
yang jumlahnya semakin lama semakin meningkat, kita bisa berperan serta untuk
membantu mengupayakan kesehatan mental dunia dengan memberikan kontribusi apa
saja sebisa kita. Cara yang paling terjangkau adalah dengan menyehatkan mental
kita sendiri terlebih dahulu. Kita baru akan bisa membantu memenuhi kebutuhan
orang lain jika kita sendiri sudah terpenuhi. Berperanlah sebagai asisten “dokter
jiwa” di lingkungan sekitar kita dengan memberikan wacana tentang depresi
kepada teman – teman dan orang – orang disekeliling kita!
Johanes Baptista Adhi Samudro