Sabtu, 17 November 2018

Masa Remaja






        Remaja adalah suatu periode ketika seseorang mengalami transisi dari masa kanak – kanak menuju masa dewasa. Wajar saja bila itu bukan waktu yang mudah untuk dilalui. Para psikolog sering menyebut masa – masa tersebut sebagai fase storm and stress mengingat begitu banyaknya tekanan, baik dari luar maupun dari dalam tubuhnya sendiri, yang ,sebaya, banyaknya PR dan ulangan di sekolah, tuntutan orangtua dan guru, keinginan untuk berprestasi sekaligus beraktualisasi, mode yang harus dipilih untuk diikuti, ataupun pencarian identitas diri, semua itu harus terjadi justru di saat tubuhnya sedang sibuk dengan masalah pemasakan hormon dan mulai aktifnya fungsi organ – organ seksual.

            Tidak sedikit memang yang harus dihadapi remaja. Terkadang, patah hati membuatnya seperti disambar petir di siang hari. Remaja lain mengira dunia kiamat ketika mereka ditolak dari kelompok sebayanya. Sementara itu, remaja tetanggamu mengira hidupnya benar – benar hancur ketika ia gagal dalam pelajaran olahraga. Saya sendiri pernah merasa begitu tertekan dan memilih tidur seharian setelah sehari sebelumnya mengangkat tangan dengan penuh percaya diri untuk menjadi relawan menjawab soal – soal bahasa Inggris di depan kelas, tetapi ternyata saya salah menuliskan kata thirteen di papan tulis.

            Kadang – kadang, hal – hal yang kelihatannya sepele bagi orang dewasa memang bisa jadi merupakan sesuatu yang penting bagi remaja. Salah satu tugas perkembangan pada masa – masa remaja adalah menemukan identitas dirinya sendiri. Remaja yang berhasil menemukan identitas dirinya dengan jelas biasanya akan memiliki konsep diri yang jauh lebih positif dibandingkan mereka yang mengalami kebingungan akan identitasnya. Mereka menjadi lebih percaya diri, mudah bergaul, memiliki banyak teman, lebih santai, dan tidak tertekan saat menjalani keseharian mereka. Oleh karena itu, hal – hal sekecil apapun yang berkaitan dengan pembentukan konsep diri biasanya menjadi sangat penting. Peristiwa yang membuat malu, ejekan, olok – olok, atau penolakan bisa membuat mereka serasa hancur bak tertimpa meteor.

            Masa remaja adalah masa ketika egonya masih belum berkembang dengan sempurna dan justru di masa – masa itu ia harus berhadapan dengan begitu banyak hal baru yang kadang tampak menyenangkan baginya, tetapi juga terkadang menakutkan. Masa – masa itu adalah masa yang rentan dan begitu penting untuk perkembangan kepribadiannya di saat dewasa nanti. Hal itu dikarenakan perkembangan individu menganut prinsip life span development, yang berarti jika ada satu kendala pada satu fase kehidupan, baik itu fase kanak – kanak, remaja, atau dewasa, maka itu akan memengaruhi perkembangan seseorang di fase berikutnya.

            Masa remaja seperti masa ketika kupu – kupu – yang tadinya adalah seekor ulat – mencoba untuk pertama kalinya menyobek kepompong yang membungkus dirinya. Itu adalah waktu yang sangat penting di mana kupu – kupu melatih otot – otot sayapnya dengan menyobek selaput kepompongnya sendiri sehingga beberapa detik kemudian ia dapat terbang dengan sepasang sayap yang kuat. Masa itu adalah masa transisi, dari ulat menjadi kupu – kupu – dari anak – anak menuju kedewasaan.

            Perubahan – perubahan hormon yang terjadi di dalam tubuh pada masa remaja membuatnya terkadang merasa aneh terhadap dirinya sendiri. Suatu ketika ia menjadi begitu sesitif dan iritable sehingga semua orang dan hal – hal kecil membuatnya meledak tak terkendali. Pada lain waktu, tanpa alasan yang jelas ia menjadi blue feeling, murung seharian dan tidak ingin bicara dengan siapapun juga.

            Dengan begitu banyaknya tekanan yang ia alami, bukan suatu hal yang aneh jika tidak sedikit dari remaja terjebak dalam kebingunan yang luar biasa, merasa gagal, tidak berdaya dan tersedot kedalam arus kesedihan berlebihan yang akhirnya berkembang menjadi depresi.

            Padahal, semua keanehan yang sedang para remaja alami adalah suatu hal yang sepenuhnya WAJAR.

            Para remaja hanya perlu mengetahu apa yang sebenarnya sedang terjadi sehingga mereka tidak terjebak dalam rasa takut, frustasi, bingung dan akhirnya justru melangkahkan kaki mereka ke arah yang salah. Memperbanyak membaca buku yang bermanfaat, berbicara dengan orang yang lebih dewasa yang mengerti, psikolog, dokter, bahkan orangtua mereka sendiri (jika para orang tua mereka sedang tidak menjadi sumber konflik mereka), akan sangat membantu para remaja kita ini.

            Masalah – masalah psikologis sangat sering terjadi di masa – masa remaja. Menemui seorang psikolog atau psikiater untuk berkonsultasi bukan suatu hal yang menakutkan. Bukan berarti mereka gila atau menderita gangguan kejiwaan, tetapi itu berarti mereka mengambil langkah bijak untuk mendapatkan informasi dari sumber yang kompeten dalam bidangnya.

            Saya ingin mengajak para remaja menemukan kebahagiaan masa remaja mereka dengan cara yang lebih positif, dengan menjadi sosok remaja yang peduli terhadap orang lain, bermanfaat, percaya diri, suka membantu, dan bertanggung jawab.

            Depresi menjadi salah satu perhatian organisasi kesehatan dunia (WHO) karena merupakan penyakit mental masyarakat yang jumlahnya semakin lama semakin meningkat, kita bisa berperan serta untuk membantu mengupayakan kesehatan mental dunia dengan memberikan kontribusi apa saja sebisa kita. Cara yang paling terjangkau adalah dengan menyehatkan mental kita sendiri terlebih dahulu. Kita baru akan bisa membantu memenuhi kebutuhan orang lain jika kita sendiri sudah terpenuhi. Berperanlah sebagai asisten “dokter jiwa” di lingkungan sekitar kita dengan memberikan wacana tentang depresi kepada teman – teman dan orang – orang disekeliling kita!  

Johanes Baptista Adhi Samudro

Tidak ada komentar:

Posting Komentar